Tulisan ini sengaja saya post kan karena memang sangat memberi manfaat bagi para pembacanya. Tulisan ini di buat oleh seorang teman yang memang suka menulis dan menjadikan catatan sebagai tempat curahan hatinya, namanya Muhammad Taufik. dibawah ini adalah sebuah catatan yang lahir dari proses kehidupan sehari-hari. semoga memberi manfaat bagi kita semua.
Ada satu hal yang paling tidak aku suka jika hadir dalam suatu pesta pernikahan. Yaitu saat ada orang yang mengajukan pertanyaan: "Kok belum nikah, sih?" atau "Kapan nikah, nih?" atau “Kapan menyusul?” atau "Kamu sih, pilih-pilih!" atau “Udah punya calon kan?”. Si penanya mungkin tak sadar betapa menjengkelkannya mendengar pertanyaan seperti itu bagi orang lajang seperti aku. Dan aku harus berulang kali menghadapi pertanyaan itu jika tidak bisa dikatakan selalu.
Parahnya, sekarang malah merembet tidak hanya pada saat aku menghadiri pernikahan teman, kerabat atau kenalan, bahkan di tempat kerja, di rumah, di pasar, di masjid, di angkot hingga di burjo dan warnet. Mungkin jika di pernikahan, pertanyaan semacam itu biasa dilontarkan oleh orang yang lama tidak bertemu. Tapi kalau di tempat kerja? Di burjo? Di warnet langganan? Oh,,,
Seperti selepas salat asar kemarin. Bapak pimpinan fakultas memintaku untuk memijatnya. Dan apa yang beliau katakan sepanjang waktu aku memijatnya? Yap, tepat sekali; “Kamu tuh sudah waktunya nikah, kapan mau nikah? Jangan lama-lama” Deg!!! Ya Allah... pertanyaan yang menusuk. Mungkin maksud beliau baik sih, tapi nggak tau kenapa terasa nyesek. Aku hanya tersenyum kecut, sambil berkata; “Saya fokus buat Ibu dan kakak, Pak...” Beliau hanya tertawa. “Tapi sudah ada calon kan?” “Calon banyak Pak, tapi saya ndak keburu juga kok, Kakak perempuan saya juga kan belum nikah...”
“Kalau kakak perempuan kamu belum nikah, terus apa masalahnya dengan kamu, kan itu cuma adat saja kan... Udah, jangan takut atau khawatir... Apalagi kamu sudah punya penghasilankan...” Beliau menepuk pundakku. “Kalau saya insyaallah tidak khawatir, tapi calon mertua yang khawatir, Pak...” Lalu beliau tertawa”Bisa saja, kamu...”. Tapi yang dikatakan beliau bener juga sih. Tapi sebagai laki-laki satu-satunya di rumah, aku merasa bertanggung jawab pada Ibu dan Mbak. Bagaimana mungkin aku bisa bertanggung jawab dengan isteriku nanti, jika pada Ibu dan Mbak saja aku tidak becus. Pemikiranku yang paling simple, It’s me. Aku pasti nikah, tapi bukan dalam waktu dekat ini. Kecuali ada gadis baik-baik yang benar-benar dapat membuatku yakin untuk meminang dan mengucapkan ijab qabul. Siapa yang tahu?

Mungkin aku hanya salah seorang yang sering kali menghadapi pertanyaan semacam itu. Lalu jawaban apa yang dapat kita sampaikan pada si penanya iseng itu. Daripada stres karena mendapat pertanyaan yang itu-itu saja, mungkin kita bisa menjawabnya dengan cara yang berbeda. Entah itu dengan mengutarakan pandangan tentang pernikahan atau menanggapinya dengan guyonan segar. Yang penting, jawablah dengan tenang, tetapi tetap percaya diri, walau hati sebenarnya galauhahaha. Mungkin bisa dengan jawaban ini:
"Belum ketemu yang seiman. Kalau sudah seiman pun, belum tentu langsung cocok,kan?" Jawaban ini akan membuat si penanya respek terhadap kondisi diri kita bahwa menemukan pasangan yang seiman adalah prinsip yang tidak bisa ditawar, dan ini jauh lebih elegan daripada menikahi siapa saja karena sudah didesak untuk menikah. Atau...
"Yah, gimana dong, dulu aku terlalu lama menghabiskan waktu dengan orang yang salah. Sekarang, aku lagi sibuk-sibuknya. Tapi aku tetap mencari, kok!" Jawaban ini menunjukkan bahwa kita bersikap realistis dengan kondisi diri. Tetap terlihat percaya diri, namun tetap rendah hati. Setiap orang pernah berbuat kesalahan, dan tentu kita ingin memperbaikinya. Si penanya akan sadar bahwa kita tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Siapa tahu, akibatnya si penanya akan mengenalkan kita kepada temannya. Dan ternyata dari sini kita menemukan jodoh yang Allah hadirkan buat kita. Semoga. Bisa juga dengan jawaban ini..
"Kalau aku tahu jawabannya, mungkin aku sudah menikah sekarang, dan kamu jadi patah hati!" Kita bisa mengatakan hal ini jika yang bertanya seorang gadis, dan kita merasa tertarik serta memiliki perasaan padanya. Bila ia juga masih lajang, bukan tak mungkin jawaban ini akan membuka peluang baginya untuk menjajaki hubungan dengan kita. Monggo dicoba, soalnya aku juga kagak pernah nyoba... hahaha. Atau lihat jawaban seorang teman:
"Ah, senang juga kok, tetap single. Kagak ada yang melarang kalau mau keluar kota, dan enggak perlu kompromi soal apa pun." Dia menunjukkan bahwa menjadi lajang tak selamanya merugikan atau memalukan. Namun, dia sampaikan jawaban itu dengan ekspresi yang meyakinkan. Katanya, bila tidak, kita hanya akan dianggap menghibur diri atau bersikap defensif. Kalau memang masih menikmati kehidupan lajang, kalimat ini menjadi cara yang lumayan baik untuk menjawab pertanyaan.
"Aku masih mencari gadis beruntung yang akan mendapatkanku..." Ini jawaban yang lumayan sering aku utarakan loh. Ini termasuk great answer, great sense of humour! Dibumbui senyuman yang paling menawan dan dengan menunjukkan kepribadian yang menyenangkan. Jawaban ini juga membuat si penanya sadar bahwa walau menyerahkan masalah jodoh pada Allah, kita tetap harus mencari gadis yang baik dan dapat diandalkan karena kita pun punya kualitas yang sama baiknya. Hanya karena masih lajang, tak berarti desperate. Bisa dicoba, aku sering berhasil. Haha
"Aduh, belum ketemu Mr Right, nih! Cariin, dong!" Kalo yang ini jawaban dari seorang temen cewek. Nah, ini jawaban yang akan menguntungkan bila memang cukup sibuk sehingga tak terlalu sering meluangkan waktu senggang bersama teman-teman, si penanya akan merasa tergerak untuk mengenalkan kita dengan teman-temannya atau dengan keluarga dan kerabatnya. Siapa tahu. Bahkan, kita mungkin bisa mendapat kenalan lebih dari satu. Asyik, kan? Dan terakhir ketemu dengan temen cewek itu, eh dia kasih undangan nikahan, dapat cowok yang dikenalin temen-temennya. Sukses juga...
Kalau ada yang bilang, “Kamu sih terlalu banyak pilih-pilih, malah satupun kagak ada yang jadi”. Itu diutarakan seorang teman baik, yang mengerti betul lika-liku perjalanan cintaku yang hancur lebur.Huh!!! Pokoknya jawab aja kayak gini, atau semacamnya lah : "Ya, jelas harus pilih-pilih dong! Kalau tiba-tiba dia ternyata sindikat penculik anak, gimana?" Ini juga jawaban yang asyikkan, karena kita menanggapi tuduhan "pilih-pilih" tadi dengan humor. Percaya deh, kita sebagai manusia memang harus memilih pasangan yang mampu mendampingi kita seumur hidup. Dan ini tak mungkin dicapai bila kita tergesa-gesa memutuskan gadis yang ingin kita nikahi. Tentu, pilih-pilih yang dimaksud bukan sekedar "pilih yang cantik, manis, lemah lembut, pinter, baik akhlaknya, dari keluarga baik-baik, modis, kaya, atau terkenal atau juga yang unyu-unyu". Pendeknya, Gadis yang Perfecto!!!Hahaha, kalau ada yang kayak gitu sih aku mau ambil empat sekaligus... hahaha...
Sekali lagi, apa pun jawabannya, tetep harus percaya dengan apa yang kita katakan. Bila sudah "terbaca" bahwa percakapan itu akan berlarut-larut, ibaratnya debat kusir, segera saja ganti topik pembicaraan. Ini memperlihatkan bahwa kita tak bisa diatur olehnya. Lagipula, jika si penanya tergolong orang yang usil atau gemar mengurusi orang lain, tak ada gunanya meladeninya. Kalau juga dia masih ngotot ngejar, tinggal nyengir. Lalu pergi saja kayak orang yang kagak punya dosa. Dah. Ga usah mikirin lagi, walau aku yakin pasti akan terus kepikiran.
Yang terpenting, kita memang tidak dengan sengaja menunda padahal kita mampu untuk menjalani pernikahan. Kalaupun kita sudah berupaya mencari pasangan yang terbaik, lalu mengupayakannya dengan jalan yang baik, kita juga sudah berlaku setia, lalu tetap saja kita masih sendiri, toh Allah tidak buta dan tuli. Bukankah Allah tidak pernah ingkar janji. Apalagi kita mencintai gadis itu dengan cara yang Allah tentukan. Kalau memang sudah tiba waktunya, tentu Allah akan memberikan jodoh terbaik bagi kita. Seperti kata banyak orang, ‘Kalau jodoh, nggak mungkin lari kemana’. Lelaki yang baik, untuk Perempuan yang baik. Kita yang memilih, dan Allah lah yang menyetujui. Jadi senantiasa ikuti cara-cara Allah, dan tetap berdoa pada-NYA... Gagal dengan satu calon, bukan berarti berakhir dunia cinta kita, tentu Allah punya rencana yang paling baik. Just Believe it...
Dan bagi siapa saja yang tidak memiliki apa yang orang-orang sebut dengan ‘pacar’, ‘kekasih’ atau apalah, jangan bersedih. Justru berbahagialah dan bersyukurlah. Aku malah iri dengan kalian. Engkau beruntung karena Allah masih senantiasa melindungi mu dari cinta semu yang membawa ke jurang dosa. Jangan khawatir apalagi GALAU, dan buru-buru mencari ‘pacar’, ‘kekasih’ atau apalah itu. Jangan samapai ikut-ikut cara-cara setan. Tetap setia dengan cara Allah dan jalan Allah. Bahkan jika Allah kuasakan padaku untuk mengulang masa lalu, aku tak mau menjalin cinta tanpa cara Allah. Pokok’e Just Believe.
Dengan Asma’ Allah aku berlindung terhadap indahnya cinta yang menjerumuskan jiwa dalam dosa... Ya Allah bimbing selalu langkah aku dalam Keindahan-MU...
(Aku sih masih tetap berharap dan berdo’a. Mungkin dengan dirinya? We don’t know about our destiny, yang jelas biarkan dia meraih semua impian dan cita-citanya, dan aku akan belajar untuk memantaskan diriku untuknya… smoga niat baik ini disetujui Allah yang Maha Penyayang)
Besi, 13 Januari 2011- 23.32 WIJ (Waktu Indonesia Jogja)
Mohammad Van Tovich
– disarikan dari berbagai sumber terpercaya.